SCORE Incoming Welcome Party!
July 4, 2014Junk Food vs Pangan Lokal
July 4, 2014Sewaktu SMA dulu, kita semua pasti mengalami masa-masa kegalauan dalam menentukan pilihan studi lanjut. Bermacam ragam penilaian kita saat itu, mulai dari memilih universitas terbaik, lanjut ke fakultas yang sesuai dengan minat dan bakat, mencocokkan hasil try out dengan passing grade, hingga mencari tahu mudah tidaknya lulusan dalam mencari pekerjaan.
Diantara kita yang menjatuhkan pilihan di fakultas kedokteran, pasti ada beberapa yang beralasan bahwa masa depan mahasiswa FK itu sudah pasti. Sudah pasti jadi dokter, sehingga tidak perlu pusing-pusing lagi dalam menentukan pekerjaan. Padahal, masa depan kita itu sangat beragam. Pilihannya tidak sesempit antara dokter umum atau spesialis, dokter praktisi atau sekaligus dosen, namun lebih luas daripada itu.
Nah, untuk lebih jelasnya, mari kita bahas beberapa contoh masa depan lulusan FK yang selama ini terjadi.
Langsung Bekerja
Setelah menjadi Sarjana Kedokteran, ada jenis orang-orang yang langsung melamar pekerjaan. Orang-orang ini hanya menjadikan gelar S. Ked sebagai syarat kualifikasi telah lulus S1 saja. Pilihan ini termasuk pilihan yang cukup ekstrim, sehingga sangat jarang terjadi.
Melanjutkan Studi S2
Setelah lulus Sarjana Kedokteran, orang-orang ini tidak melanjutkan jalur pendidikan menuju profesi dokter, namun langsung mengambil S2 (Jalur Pendidikan Akademik). Mereka inilah yang di kemudian hari menjadi dosen-dosen, peneliti, maupun profesor. Di beberapa kasus, ada juga yang mengambil S2 dengan bidang yang sama sekali berbeda. Misalnya, setelah mendapatkan S. Ked, ia melanjutkan studi di Magister Ilmu Komunikasi, lalu bekerja di rubrik kesehatan media massa.
Dokter sebagai Hobi
Jalur Pendidikan Profesi menjadi jalur yang dipilih orang-orang ini. Mulai dari menjalani pendidikan klinis (koass), internship, hingga mendapatkan gelar dokter dan berhak membuka praktik sendiri. Yang membuatnya berbeda adalah profesi dokter hanya sebagai hobi, bukan pekerjaan utama. Yang dimaksud sebagai hobi di sini adalah tidak menyandarkan penghasilan pada pekerjaan sebagai dokter. Dengan kata lain, dokter adalah pekerjaan kedua. Pekerjaan pertamalah yang menjadi sumber penghasilannya. Kebanyakan orang yang menempatkan dokter sebagai hobi adalah wirausahawan. Menjadi dokter biasanya hanya menjadi sarana untuk beramal atau mengabdi pada masyarakat. Tertarik?
Dokter Profesional
Ini adalah orang-orang yang menempatkan pekerjaan dokternya sebagai sumber penghasilan utama. Ada beberapa tipe dokter profesional, yakni dokter struktural, staf, farmasi, dan fungsional.
– Dokter Struktural
Dokter struktural ini menjalankan tugasnya sebagai manager. Dokter yang menjadi direktur rumah sakit dan kepala puskesmas adalah contoh dokter struktural.
– Dokter Staf
Staf yang dimaksud di sini adalah staf di fakultas kedokteran, atau bahasa awamnya menjadi pengajar atau peneliti. Setelah mendapatkan gelar dokter, mereka tidak mengenyam pendidikan spesialis. Untuk menjadi dosen misalnya, mereka harus menyelesaikan S2 terlebih dahulu. Jika prestasinya meningkat, pihak fakultas biasanya akan menyekolahkan dosen ke jenjang yang lebih tinggi, seperti spesialis atau S3.
– Dokter Farmasi
Ini adalah dokter yang bekerja di pabrik farmasi. Tugasnya antara lain melakukan riset, atau mempromosikan produk dari pabrik farmasi. Dalam menjalankan tugas, dokter ini seringkali pergi ke luar kota, bahkan berjalan-jalan ke luar negeri.
– Dokter Fungsional
Dokter inilah yang menjalankan tugas sebagai ‘dokter sebenarnya’, yakni melayani pasien. Setelah menjadi dokter umum, mereka mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 (PPDS 1) untuk meningkatkan kompetensi. Dokter PPDS 1 ini biasa kita sebut dengan residen, dan keluarannya adalah dokter spesialis. Dokter spesialis dapat lebih memperdalam dan lebih menspesifikkan ilmunya lagi lewat PPDS 2 atau pendidikan menjadi konsultan.
Itulah beberapa contoh masa depan yang dapat kita pilih. Ya, memang hanya tinggal memilih, namun apabila kita belum terarah dari sekarang, kemungkinan besar akan mengalami kesulitan di kemudian hari. Maka dari itu, mulailah mengenali minat, bakat, visi serta misi diri kalian masing-masing. Pilih yang sesuai, lalu tekuni dengan baik. Ganbatte ne! (Nadia, SCOME CIMSA UGM)
(Image credit: Alfian Rismawan)