Bahaya Tidur dengan Lampu Menyala
July 4, 2014Thalassemia, Penyakit Genetik yang Masih Terabaikan
July 4, 2014Ada sebuah fakta lumrah yang diketahui oleh semua orang, terkhusus di lingkungan civitas akademika Fakultas Kedokteran, yang kebenarannya tidak dapat dipungkiri dan pasti diamini oleh semua mahasiswa kedokteran. Apalagi kalau bukan rendahnya tingkat kebugaran mahasiswa-mahasiswa FK karena jarang berolahraga. Merupakan sesuatu yang aneh, mengingat kitalah calon-calon tenaga medis Indonesia yang membawa misi memajukan kualitas kesehatan masyarakat, namun kita sendiri malah tidak dapat menjaga kesehatan diri.
Tahukah kalian? Bagusnya nilai ujian tidak hanya ditentukan oleh belajar dengan giat, sering mengulang pelajaran, ataupun selalu memperhatikan penjelasan dosen, namun berolahraga juga merupakan salah satu penyebabnya. Secara umum, berolahraga dapat meningkatkan alirah darah ke otak. Selain itu, gerakan otot tubuh juga dapat merangsang produksi hormon-hormon yang menciptakan rasa tenang, yang hasilnya konsentrasi dalam belajar akan lebih terjaga. Beberapa penelitian lain juga menemukan bahwa dengan berolahraga dapat membentuk saraf-saraf baru yang membuat fungsi otak meningkat.
Sebuah penelitian yang dipimpin oleh Professor Art Kramer menemukan bahwa olahraga dapat meningkatkan hubungan antara sirkuit otak dan dapat memerangi penurunan fungsi otak yang terkait dengan penuaan, juga meningkatkan kinerja dalam tugas-tugas penalaran. Dikutip dalam jurnal ilmiah Frontiers in Ageing Neuroscience, penelitian ini mengumpulkan partisipan berusia 18 s/d 35 tahun dan 59 s/d 80 tahun yang menjalani gaya hidup sehat sebelum studi, dan juga melakukan aktifitas fisik selama 30 menit atau lebih selama 6 bulan sebelumnya.
Kramer mengatakan, “Hampir tidak ada seorangpun yang otaknya hanya aktif pada suatu daerah. Jaringan otak memang berkurang seiring dengan usia, tetapi efek olahraga jalan bisa memperlambat proses tersebut.” Tim peneliti menemukan bahwa ternyata orang tua cenderung memiliki konektivitas yang lebih baik di daerah otak tertentu, terutama yang bertanggungjawab pada tugas prioritas, perencanaan, strategi dan kemampuan multitasking.
Ada pula sebuah riset yang menyimpulkan bahwa berolahraga dapat mencegah penyusutan otak yang berkaitan dengan ketajaman memori dan kemampuan berpikir. Riset ini dilakukan dengan mempelajari produktifitas otak pada 638 orang yang lahir pada tahun 1936 dimana usia mereka saat riset tersebut dilakukan adalah 76 tahun. Saat berusia 73 tahun, para peserta penelitian menjalani scan otak MRI, mereka juga diminta memberikan rincian aktivitas fisik yang biasa dilakukan, termasuk olahraga.
Selama tiga tahun pengamatan, mereka yang melakukan olahraga rutin, yaitu berjalan kaki selama seminggu terbukti mengalami penyusutan otak yang lebih kecil serta memperlambat proses penuaan otak, dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah melakukan olahraga sama sekali.
Namun begitu, dalam berolahraga, kita juga tidak boleh sembarangan. Ada beberapa komponen yang harus diperhatikan saat kita memutuskan untuk melakukan olahraga, antara lain frekuensi, intensitas, waktu dan jenis olahraga yang dilakukan. Frekuensi olahraga yang paling baik adalah 3-5 kali seminggu atau selisih 48 jam dengan olahraga berikutnya.
Intensitas latihan yang dilakukan juga harus teratur. Intensitas ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan kita dalam melakukan latihan atau seberapa berat beban yang bisa kita gunakan agar tidak terlalu berat maupun terlalu ringan. Jika terlalu berat, akan mengakibatkan kerusakan tubuh. Sedangkan jika terlalu ringan, tidak akan menyebabkan kebugaran.
Berolahraga sebaiknya dimulai dengan pemanasan terlebih dahulu selama kurang lebih 5 menit. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan aliran darah menuju otot agar kebutuhan oksigen dan nutrisinya terpenuhi, serta mencegah terjadinya kelelahan otot. Setelah itu dilanjutkan dengan gerakan inti selama kurang lebih 20-45 menit, dan kemudian diakhiri dengan pendinginan untuk membantu mengembalikan kondisi tubuh kita pada keadaan normal.
Yang tidak kalah pentingnya adalah jenis olahraga yang kita lakukan harus sesuai dengan kemampuan tubuh kita, jangan terlalu berat dan jangan pula terlalu ringan. Beberapa olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang ritmis dan aerob seperti jalan kaki, lari, jogging, fast walking, renang, bersepeda, senam aerobik, dll.
Nah, mulai sekarang apabila kita akan berhadapan dengan ujian, jangan hanya terus menerus belajar, berkutat di depan laptop ataupun terkantuk-terkantuk membaca textbook, namun luangkanlah sedikit waktu yang ada untuk melakukan olahraga ringan, tidak hanya untuk merefresh pikiran agar tidak jenuh, namun juga meningkatkan dan memaksimalkan fungsi otak. (Nadia/CIMSA)
(Image credit: Yulianna Cahya Nuraini)