Travel Disease yang Bisa Dicegah
July 4, 2014Gadjah Mada Medical Summer Course 2014!
August 23, 2014Akhir-akhir ini dunia digemparkan oleh berita kembali berkembangnya wabah penyakit Ebola di Afrika Barat. Wabah Ebola tahun ini mulai muncul pada Maret lalu di Guinea dan sampai 6 Agustus kemarin WHO mengkonfirmasi sebanyak 932 orang telah meninggal di Guinea, Liberia, Nigeria, dan Sierra Leone akibat virus ini. Selain itu WHO juga menyatakan bahwa wabah kali ini merupakan wabah ebola yang paling parah sejak virus ini pertama kali muncul pada tahun 1976. Sebenarnya apa itu Ebola? Bagaimana penyebarannya dan mengapa virus ini sangat berbahaya?
Ebola virus disease (EVD) disebabkan oleh 4 dari 5 strain virus yang tergolong dalam genus Ebolavirus yang pertama kali muncul di Afrika Barat. Zare virus (yang pertama kali ditemukan) dan Sudan virus adalah yang paling mematikan bagi manusia, diikuti oleh Bundibugyo virus (BDBV) dan Tai Forest virus (TAFV) yang kasusnya lebih jarang ditemui. Strain kelima, yaitu Reston virus (RESTV) tidak menyebabkan penyakit pada manusia. Nama Ebola diambil dari nama sungai di Kongo, Sungai Ebola, yang merupakan salah satu daerah di mana wabah penyakit ini pertama kali muncul pada tahun 1976.
Ebola merupakan penyakit zoonotic; artinya penyakit ini adalah penyakit yang alaminya menyerang hewan, namun dapat juga ditransmisikan ke manusia. Sejauh ini kelelawar dianggap sebagai reservoir atau pembawa jangka panjang dari virus Ebola. Dari percobaan yang pernah dilakukan dengan melibatkan bermacam-macam tumbuhan dan hewan, hanya kelelawar yang didapati terinfeksi virus ini. Selain itu, kelelawar juga tidak menunjukkan gejala klinis dari infeksi Ebola, yang merupakan salah satu karakteristik utama dari reservoir.
Walaupun bagaimana cara penyebaran Ebola masih belum dapat sepenuhnya dipahami, sejauh ini kita mengetahui bahwa ebola dapat menyebar ke manusia melalui kontak dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi. Penularan dari manusia ke manusia juga dapat terjadi dari kontak langsung dengan cairan tubuh dan darah dari pasien, atau melalui peralatan medis yang terkontaminasi seperti jarum suntik. Jenazah dari pasien yang terinfeksi juga masih dapat menularkan ebola. Selain itu, transmisi dari manusia ke hewan juga dapat terjadi, seperti kasus yang terjadi pada gorila, simpanse, dan duiker. Namun sejauh ini belum ada bukti bahwa ebola dapat menyebar melalui udara.
Setelah virus Ebola memasuki tubuh manusia, biasanya butuh waktu sekitar 2-21 hari (umumnya 5-10 hari) sampai mulai munculnya gejala. Gejala awal biasanya berupa demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot, mual, serta kelelahan. Pada tahap ini gejala-gejala tersebut sering diartikan sebagai gejala dari penyakit lain seperti malaria, demam tipus, disentri, influenza, atau penyakit infeksi bakteri yang tidak begitu parah.
Setelah beberapa saat, gejala yang lebih berat akan mulai muncul, seperti diare berdarah, sakit tenggorokan parah, jaundice, muntah-muntah, serta hilangnya nafsu makan. Apabila gejala sudah muncul selama lima hari, biasanya pada tubuh dari sebagian pasien ebola akan mulai muncul ruam-ruam, khususnya pada bagian badan dan bahu.
Salah satu gejala paling terkenal dari infeksi virus ini adalah pendarahan. Darah dalam seluruh tubuh pasien ebola akan mulai menggumpal sehingga tubuh akan dengan cepat kehabisan cadangan komponen-komponen penggumpalan darah. Akibatnya, apabila terdapat cedera sekecil apapun pada tubuh, akan terjadi pendarahan yang tak terkontrol. Namun gejala ini terjadi hanya pada 50% dari pasien ebola, dan pendarahan yang terjadi biasanya bersifat internal (seperti pendarahan pada saluran pencernaan).
Akumuluasi dari seluruh gejala di atas semakin lama akan memperburuk keadaan pasien, dan pada kasus-kasus yang fatal kematian dapat terjadi pada hari ke-6 sampai ke-16 setelah gejala pertama kali muncul. Pada umumnya kematian yang terjadi bukan akibat dari pendarahan, melainkan hasil dari syok serta kegagalan organ dalam.
Kasus-kasus ebola yang terparah biasanya terjadi di Afrika Tengah dan Barat. Karena itu, apabila kita tidak tinggal atau sedang bepergian ke daerah-daerah tersebut, kemungkinan kita akan terkena penyakit ini relatif kecil. Namun langkah-langkah pencegahan tetaplah penting untuk tetap kita ketahui. Berikut ini beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk melindungi diri:
- Hindari daerah hutan, gua, atau tempat-tempat lain yang merupakan habitat dari kelelawar.
- Jangan menyentuh bangkai binatang, khususnya bangkai kelelawar dan primata.
- Jangan memakan buah bekas gigitan kelelawar.
- Hindari bermain-main dengan hewan primata seperti monyet, simpanse, dll.
- Hindari bersentuhan dengan badan, pakaian, cairan tubuh (muntah, darah, dsb.), serta jenazah penderita ebola. (R.R. Raihan Rizki Ramadhani, SCOPH CIMSA UGM 2013)
http://www.cdc.gov/vhf/ebola/about.html
http://www.news-medical.net/health/What-is-Ebola-(Indonesian).aspx
http://health.howstuffworks.com/diseases-conditions/infectious/ebola.htm