
Praesent bibendum eros non elit tristique, sit amet imperdiet
April 16, 2017
Tempora incidunt ut labore et dolore
July 16, 2017“The malaria parasite has been killing children and sapping the strength of whole populations for tens of thousands of years. It is impossible to calculate the harm malaria has done to the world.” -Bill Gates.
Meski telah membunuh hingga setengah angka populasi manusia yang pernah hidup di dunia, Malaria kini dapat dikontrol dan dicegah. Bahkan, mortalitas karena Malaria telah menurun hingga 21% pada orang dewasa pada 2016. Sayangnya, meski dengan angka yang terus menurun, di saat yang sama, setengah populasi dunia masih memiliki risiko untuk terkena Malaria. Penyakit ini pun masih menjangkit lebih dari 212 juta orang dan membunuh hingga 430,000 orang setiap tahunnya dengan 90% dari kematian terjadi di Afrika dan 70% korbannya adalah anak-anak.
Malaria masih tersebar luas di 91 negara-negara di dunia, khususnya negara-negara tropis seperti Indonesia. Penyebab utama dari penyakit ini adalah protozoa Plasmodium namun penyebab utama dari penyakit ini adalah protozoa Plasmodium, yang dibawa oleh nyamuk Anopheles sp.. Mereka akan “diinjeksikan” ke dalam tubuh manusia dalam bentuk sporozoite ketika Anopheles mengambil darah seseorang. Kemudian, ia akan menjadi parasit di dalam sel-sel hati manusia.

Plasmodium vivax pada sel darah manusia
Orang yang terinfeksi biasanya akan menunjukkan gejala setelah 7-30 hari yang merupakan rentang masa inkubasi Plasmodium. Serangan Malaria biasanya terjadi sangat singkat, bahkan kurang dari 24 jam dan secara umum terdiri atas: fase dingin (terasa dingin, menggigil), fase panas (demam, sakit kepala, muntah, kadang terjadi kejang pada anak kecil), dan fase berkeringat (keringat, kelelahan, suhu mulai kembali normal). Meski begitu, manifestasi klinis malaria sendiri tidak pasti dan sulit diamati, bahkan di daerah-daerah endemik, penduduk seringkali mengadaptasi imunitas parsial terhadap Malaria sehingga sangat mungkin untuk terjadi serangan tanpa gejala (asymptomatic). Hal-hal seperti inilah yang seringkali menyebabkan terlambatnya diagnosis dan penanganan yang akan berakhir pada kematian.
Selain imunitas parsial dari penduduk, Malaria di daerah endemik masih sulit untuk diberantas karena beberapa faktor, antara lain:
1. Perubahan iklim
Transmisi Malaria berkembang baik pada iklim lembab dengan curah hujan tinggi. Sayangnya, adanya anomali-anomali cuaca yang salah satunya disebabkan oleh El Niño, yang menyebabkan temperatur naik diiringi curah hujan tinggi memperluas area yang memungkinkan untuk transmisi penyakit dan meningkatkan risiko akan Malaria.
2. Resistensi
Adanya resistensi parasit terhadap obat-obatan anti-Malaria kerap kali menjadi masalah. Saat ini, obat paling efektif terhadap Malaria adalah ACT (Artemisinin-based Combination Therapy). Sayangnya, dengan adanya obat-obatan palsu dan juga obat kualitas rendah justru malah membuat Plasmodium makin resisten terhadap obat-obatan. Dari segi pencegahan, banyak spesies Anopheles yang kini resisten terhadap insektisida. Sehingga, salah satu cara terbaik untuk melakukan pencegahan masih bergantung kepada vaksin yang benar-benar efektif serta murah.
Masalah-masalah ini tentunya memaksa dunia untuk berlomba dengan transmisi penyakit dan terus berusaha untuk mencari solusi. Karena pada akhirnya, tanggung jawab tak hanya ada pada negara-negara endemik saja. Tanggung jawab menangani Malaria tetap berada di tangan komunitas internasional untuk saling bahu membahu dalam menangani serta mencegah setiap orang dari penyakit yang seharusnya benar-benar dapat dieradikasi ini.
by Hasnah Rachmayani S.
Sumber:
“CDC – Malaria – About Malaria”. 2017. Center For Disease Control. https://www.cdc.gov/malaria/about/index.html.
“Fact Sheet About Malaria”. 2017. World Health Organization. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs094/en/.
Fort, Glenn G. 2017. “Malaria”. In Ferri’s Clinical Advisor 2017, 755-758. Philadelphia: Elsevier.
“Malaria”. 2017. Médecins Sans Frontières (MSF) USA. http://www.doctorswithoutborders.org/our-work/medical-issues/malaria.
Martens, W J, L W Niessen, J Rotmans, T H Jetten, and A J McMichael. 1995. “Potential Impact Of Global Climate Change On Malaria Risk”. Environmental Health Perspectives 103 (5): 458-464.
Sumber gambar:
http://blog.oup.com/wp-content/uploads/2013/04/iStock_000012754557XSmall.jpg