Menapaki 59 tahun Hari Gizi Nasional
March 16, 2019REACH 2019
August 20, 2019Nutrisi yang cukup saat bayi dan balita merupakan hal yang penting untuk menunjang pertumbuhan, kesehatan, dan perkembangan yang optimal bagi anak-anak. Asupan nutrisi yang kurang cukup dapat meningkatkan resiko terkena penyakit, yang secara langsung atau tidak langsung, berpengaruh sebesar 1/3 dari penyebab angka kematian anak dibawah umur 5 tahun. Asupan nutrisi yang berlebihan pun dapat menyebabkan obesitas pada anak-anak yang menjadi permasalahan kesehatan di berbagai negara nan terus meningkat.
Malnutrisi pada 2 tahun pertama dari kehidupan anak-anak dapat menyebabkan stunting yaitu masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. [Depkes RI, 2018]. Malnutrisi pada saat anak-anak juga dapat menyebabkan permasalahan pada saat dewasa seperti kurangnya kemampuan intelektual, kekuatan fisik, dan pada wanita kemampuan reproduksinya akan terpengaruhi, bayinya akan kekurangan berat badan, dan kesulitan saat melahirkan.
Pemberian Nutrisi yang baik harus dilakukan pada 2 tahun pertama dari kehidupan anak-anak, karena akan menurunkan resiko penyakit-penyakit akibat malnutrisi. Berdasarkan bukti bahwa pemberian ASI yang optimal dapat mencegah 13% dari kematian anak-anak dibawah umur 5 tahun di seluruh dunia. Sedangkan pemberian makanan komplementer (makanan biasa untuk memenuhi nutrisi selain pemberian ASI) yang baik dapat menambah 6% dari pencegahan kematian anak dibawah umur 5 tahun. [Lancet, 2003]
Dalam menangani hal tersebut WHO dan UNICEF mengadopsi Global Strategy for infant and young child feeding supaya seluruh dunia dapat mengetahui bahwa praktik pemberian makan sangat penting pengaruhnya pada status nutrisi, pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan pada bayi dan anak-anak.
Dalam Global Strategy tersebut WHO dan UNICEF merekomendasikan cara pemberian makanan yang optimal dengan cara :
- Inisiasi Menyusui Dini pada saat 1 jam setelah melahirkan
- Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (180 hari)
- Pemberian makanan komplementer yang cukup gizi dan aman dimulai pada umur 6 bulan sampai 2 tahun keatas
ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Makanan komplementer itu sendiri adalah makanan yang diikuti dengan pemberian ASI
Dalam pemberian ASI selama 6 bulan, teknik menyusui sangat dibutuhkan bagi ibu yang menyusui apabila teknik menyusui tersebut sudah cukup nyaman, maka pada 6 bulan pertama dari kehidupan. Bayi akan tercukupi dari segi nutrisi dan energi dari ASI. Makanan lain dan air tidak diperlukan pada masa ini, karena beberapa studi membuktikan bahwa bayi sehat tidak perlu tambahan air lain sekalipun di cuaca yang panas. Hal ini disebabkan oleh ASI yang mengandung 88% air di dalamnya, cukup untuk memuaskan dahaga bayi. Akan tetapi, pemberian cairan lain seperti air konsumsi dan teh masih banyak dilakukan, sehingga meningkatkan resiko diare pada bayi sebanyak dua kali lipat. Setelah tahap ini akan dilanjutkan dengan pemberian makanan komplementer.
Pemberian makanan komplementer dari umur 6 bulan ini, bayi sudah mulai untuk membutuhkan energi dan nutrisi selain dari ASI, maka dari itu pengenalan makanan sangat diperlukan untuk memenuhi hal tersebut. Makanan yang diberikan pun harus tetap dalam wajar dan aman, supaya pertumbuhan bayi tidak terganggu.
Akan tetapi setelah pengenalan makanan komplementer ini, ASI masih tetap menjadi sumber penting bagi bayi sampai umur 2 tahun. Umur 2 tahun dan selanjutnya pun masih tetap dianjurkan makan yang cukup ditambah menyusui guna menunjang kualitas nutrisi yang lebih baik.
Pemberian ASI membuahkan berbagai keuntungan jangka pendek maupun jangka panjang antara ibu dan anak, termasuk dalam mencegah anak dari berbagai kelainan akut maupun kronik.
Berbagai studi membuktikan bahwa bayi yang tidak diberi ASI 6 sampai 10 kali beresiko meninggal saat bulan pertama hidup daripada anak yang diberi ASI. Penyakit seperti diare dan pneumonia merupakan penyebab utama dari kematian tersebut. Bayi yang diberi makanan sintesis mempunyai resiko penyakit jangka panjang berbasis imun yang lebih tinggi, termasuk Asthma, Diabetes Tipe 1 dan penyakit atopik lainnya.
Obesitas pada anak-anak pun dapat dicegah dengan adanya pemberian ASI dalam durasi yang cukup lama untuk menyusui.
Sebuah meta-analisis dari 20 studi juga membuktikan bahwa individu yang diberikan ASI ketimbang yang diberi susu formula saat masa kecil mempunyai rata-rata nilai kognitif 3,2 poin lebih tinggi. Dalam hal ini pemberian ASI ternyata berpengaruh terhadap kemampuan intelektual manusia
Bagi ibu menyusui, resiko pendarahan setelah melahirkan akan berkurang karena melakukan pemberian ASI langsung setelah melahirkan, dan juga ada peningkatan bukti bahwa resiko kanker payudara dan ovarium dapat dikurangi dengan menyusui.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia yang diterbitkan Kementerian Kesehatan RI, Angka pemberian ASI eksklusif di Indonesia tercatat meningkat dari 54% pada 2016 lalu 61,3% pada 2017 dan 65,2% pada 2018. Walaupun setiap tahunnya meningkat, angka ini masih harus tetap ditingkatkan dan dipertahankan sehingga cakupan pemberian ASI di Indonesia pada tiap provinsi nya pun merata.
Reference
- Depkes.go.id. (2018). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. [online] Available at: http://www.depkes.go.id/article/view/18040700002/cegah-stunting-dengan-perbaikan-pola-makan-pola-asuh-dan-sanitasi-2-.html
- Infant and Young Child Feeding: Model Chapter for Textbooks for Medical Students and Allied Health Professionals. Geneva: World Health Organization; 2009. SESSION 1, The importance of infant and young child feeding and recommended practices. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK148967/
- Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. (2017). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, p.139.
- Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. (2018). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, p.147.
- Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. (2019). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
- Jones G, et al. How many child deaths can we prevent this year? Lancet. 2003;362:65–71. [PubMed]