Child Grooming: Pahami Agar yang Disayang Dapat Terlindungi
July 23, 2021Menjadi Seorang Kidal di Dunia Bertangan Kanan
August 13, 2021Child Grooming: Pahami Agar yang Disayang Dapat Terlindungi
Anindya Renata – CIMSA UGM Batch 2020 – Peer Educator Trainer – Published July 23, 2021
Bayangkan jika kalian menyaksikan saudara atau kerabat yang kalian sayangi dimanipulasi oleh seseorang agar orang tersebut dapat mengeksploitasi atau bahkan melecehkan secara seksual. Apa yang akan kalian rasakan?
Child grooming masih sangat terkesan sangat tabu di berbagai kalangan. Kekurangan pemahaman inilah yang membuat korban grooming terjerat di dalam perbuatan nista yang dibalut dengan iming-iming indah dari si pelaku. Maka dari itu, untuk memperjelas pembahasan kali ini, ada baiknya bila kita membahas definisi dari grooming dan groomer terlebih dahulu. U.S. Department of Justice, Office of Sex Offender Sentencing, Monitoring, Apprehending, Registering, and Tracking (SMART) mendefinisikan grooming sebagai metode yang dilakukan oleh pelaku berupa pembangunan kepercayaan baik terhadap anak maupun orang dewasa yang ada di sekitar anak tersebut untuk mendapatkan akses dan waktu berduaan dengannya. Jika grooming adalah metode yang dilakukan, groomer adalah pelaku yang melakukan grooming. Dalam situasi yang parah, pelaku dapat menggunakan ancaman dan kekerasan fisik untuk melakukan penyerangan seksual atau pelecehan terhadap anak.
Korban grooming sering mengalami waktu yang sulit untuk mengartikan bahwa apa yang mereka alami bukanlah kesalahan mereka. Umumnya, seorang groomer melakukan child grooming karena memiliki obsesi yang terlalu tinggi kepada anak kecil. Child grooming dapat terjadi di mana saja baik secara langsung maupun maya. Ada baiknya bila kita dapat menyadari perilaku seseorang yang sudah menjurus ke arah grooming sedini mungkin agar tidak termanipulasi. Menurut Pollack & MacIver (2015), perilaku child grooming yang dilakukan oleh groomer meliputi:
Memiliki minat yang lebih besar untuk membangun hubungan dengan anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa
Membelikan anak tersebut mainan atau barang yang diinginkan dengan meminta imbalan
Memberikan lelucon atau cerita seksual yang eskplisit kepada anak tersebut
Membahas informasi seksual secara eksplisit dengan kedok pendidikan
Bermain dan secara sengaja menyentuh alat kelamin anak tersebut
Groomer mempergunakan ketidakberdayaan korban yang masih belum mengerti apa yang pelaku lakukan kepadanya untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Sampai akhirnya, apa yang bisa dilakukan para korban hanyalah bungkam karena mereka merasa malu atas apa yang telah terjadi pada dirinya. Dilansir dari The Guardian, salah satu child grooming survivor bernama Gemma Carey mengatakan bahwa kita perlu menyediakan ruang aman bagi korban grooming agar mereka dapat terbuka dan menceritakan apa yang mereka alami. Dengan menyediakan ruang aman bagi korban, kita dapat membantu menyadari hal yang terjadi pada mereka sehingga mereka tidak menyalahkan diri mereka sendiri atas apa yang terjadi. Selain itu, kita juga perlu memerhatikan tanda-tanda tertentu, seperti ketika seorang anak tampak tahu terlalu banyak tentang seks dibandingkan dengan anak-anak lain seusia mereka.
Memberikan edukasi seks kepada anak juga dapat menjadi suatu tameng agar mereka tehindar dari child grooming. Contoh topik yang dapat diajarkan kepada anak adalah body mapping, yakni seorang anak belajar untuk memahami bagian tubuh mana yang tidak boleh disentuh oleh orang lain. Selain itu, berikan juga pemahaman mengenai batasan-batasan yang orang lain dapat lakukan kepadanya sedini mungkin. Pendidikan, pelatihan, dan peningkatkan kesadaran mengenai child grooming adalah senjata terbaik kita untuk mencegah agar child grooming tidak terjadi kepada orang terdekat kita.
Dave Plazer pernah berkata, “Childhood should be carefree, playing in the sun; not living a nightmare in the darkness of the soul”. Sadari dan pahami child grooming agar yang tersayang dapat terlindungi.
Referensi:
Pollack, D. & MacIver, A. (2015). Understanding sexual grooming in child abuse cases. ABA Child Law Practice. 34. 165-168.
The Guardian. 2021. I’m a survivor of child sexual grooming. It took me 20 years to know it wasn’t my fault | Gemma Carey. [online] Available at: <https://www.theguardian.com/commentisfree/2021/jan/29/im-a-survivor-of-child-sexual-grooming-it-took-me-20-years-to-know-it-wasnt-my-fault>