3,5 Tahun Selesai, Mau Kemanakah Anda Wahai Mahasiswa Kedokteran?
July 4, 2014Kehamilan Remaja: Pandemik Dunia?
July 4, 2014Junk Food vs Pangan Lokal
‘Food is the best medicine, but remember it’s for local food, not for junk food!’
Anda suka french fries, fried chicken, minuman bersoda, beef burger atau makanan gorengan? Saya rasa jawabannya adalah ‘ya’. Karena jika ‘tidak‘, maka tidak mungkin saat ini ada salah satu perusahaan penjual makanan tersebut yang memiliki laba mencapai Rp 536.030.539.000,00 dalam satu kuartal.
Makanan-makanan seperti beef burger, french fries, fried chicken, minuman bersoda, gorengan-gorengan, dan sejenisnya termasuk ke dalam kategori makanan junk food. Junk food bisa diartikan sebagai makanan tidak sehat, atau bahasa kasarnya adalah ‘makanan sampah’. Makanan-makanan tersebut termasuk dalam kategori junk food dikarenakan mengandung tinggi kalori, tinggi lemak, namun miskin vitamin, mineral dan serat.
Misalnya saja pada paket junk food : big double cheeseburger, large fries, regular milkshake. Di dalam paket junk food tersebut terkandung 2.215 kkal dengan 52 gram lemak jenuh atau 260% kebutuhan sehari. Dan contoh lain, misalnya dua iris extra cheese pizza with sausage and pepperoni. Di dalam pizza tersebut terkandung 1.246 kkal dengan 34 lemak jenuh atau 170% kebutuhan.
Padahal kebutuhan lemak jenuh dalam sehari hanyalah 20 gram. Tingginya lemak jenuh tersebut dikarenakanmakanan telah melalui melalui proses hidrogenasi lemak atau penggorengan dengan minyak yang sudah mulai rusak. Makanan dengan lemak terhidrogenasi memang lebih tahan lama dan lebih menarik. Namun, hidrogenasi mengubah trigliserida yang merupakan lemak essensial tubuh menjadi lemak jenuh atau lemak trans yang berbahaya.
Konsumsi junk food yang berlebihan mengakibatkan penumpukan lemak jenuh atau lemak trans di dalam tubuh. Efek penumpukan lemak trans adalah peningkatan kolesterol darah LDL, penurunan HDL dan peningkatan inflamasi jaringan. Efek tersebut nantinya menimbulkan plak yang pada akhirnya menyebabkan penyakit aterosklerosis. Penyakit aterosklerosis merupakan faktor resiko obesitas, penyakit diabetes melitus, stroke, jantung koroner, dan lain-lain yang berujung pada kematian.
Mengerikannya efek junk food perlu perhatian serius. Sudah seharusnya kita meninggalkannya dan kembali ke pangan lokal. Saat ini pangan lokal yang jumlahnya melimpah di dalam negeri dan menyehatkan justru ditinggalkan. Pangan lokal mungkin terkesan tidak elit atau istilahnya ndeso menurut kebanyakan orang Indonesia. Ada juga gengsi yang turut mempengaruhi penurunan konsumsi pangan lokal.
Padahal ada banyak sekali pangan lokal di Indonesia. Mulai dari sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Bahkan mineral makro dan mikro. Misalnya saja singkong, jagung, talas, ganyong, pare, buah kesemek, dan lain-lain. Permasalahan yang paling terasa adalah pada konsumsi makanan pokok.
Jika tidak mengkonsumsi junk food maka orang Indonesia hanya mengkonsumsi nasi atau olahan gandum seperti mie dan roti. Padahal, sebenarnya ada lebih dari 70 jenis pangan lokal sumber karbohidrat yang dapat menggantikan nasi dan gandum. Misalnya saja singkong, ubi jalar, talas, sagu, jagung, suweg, gembili, kentang, ganyong, dan lain-lain. Namun sedikit yang tahu bahkan mengkonsumsinya. Istilahnya ya makan itu-itu saja atau 4L ‘Loe Lagi Loe Lagi.’ Nasi lagi nasi lagi. Kalau tidak nasi ya gandum yang dimakan dalam bentuk mie atau roti.
Pemerintah berupaya melakukan diversifikasi pangan dengan menjadikannya sebagai salah satu agenda utama Menteri Pertanian. Hal ini diatur dalam Perpres No. 22 tahun 2009. Pemerintah mengupayakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) berbasis sumber daya lokal. Harapannya adalah masyarakat mengkonsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman.
Perlu kita pahami bahwa diversifikasi pangan merupakan upaya konsumsi pangan lokal secara beragam. Upaya ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan. Namun, dilihat dari sisi kesehatan diversifikasi pangan berfungsi sebagai upaya peningkatan gizi. Menariknya, pangan lokal adalah solusi makanan terbaik untuk diet.
Makanan lokal mengandung rendah kalori, rendah lemak, serta tinggi serat, vitamin, antioksidan dan mineral. Kandungan ini sangat berbeda dibandingkan dengan kandungan yang ada pada junk food. Selain itu, kadungan gizi yang beragam juga berperan dalam homeostatis tubuh. Dan pada akhirnya akan memperpanjang harapan hidup orang. Menariknya lagi, dalam makanan lokal terkandung antioksidan yang ada dapat menangkal radikal bebas sehingg menjadikan seseorang awet muda dan mencegah kanker.
Anak kedokteran pasti sudah tahu benar pentingnya kesehatan. Jadi, sudah seharusnya bangga dan mulai mengkonsumsi pangan lokal secara beragam. Seperti pepatah Korea yang berbunyi ‘Food is medicine’. Dengan sedikit diubah, sekiranya pepatah tersebut bisa menggambarkan pentingnya perhatian terhadap konsumsi makanan lokal ‘Food is the best medicine, but remember it’s for local food, not for junk food!’
Perlu juga mengingat-ingat istilah junk food yang disebut sebagai ‘makanan sampah’. Karena ada pula pepatah ‘You are what you eat!’ Mengkonsumsi junk food? Apakah anda mau disebut sampah? J (Lisa Rosyida, HIMAGIKA)